Rabu, 11 Desember 2013

PETA KONSEP MASALAH PENDIDIKAN

Peta konsep


\
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan berasal dari kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara, dan perbutan melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah  pelaksanaan program pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut  jenis kelamin, status sosial, agama, amupun letak lokasi geografis.
Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu kepada GBHN 1999-2004 mengenai kebijakan pembangunan pendidikan pada poin pertama menyebutkan:
“Mengupayakan perluasan dan pemeraatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya Manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peninggakatan anggaran pendidikan secara berarti“. Dan pada salah satu tujuan pelaksanaan pendidikan Indonesia adalah untuk  pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan bagi setiap warga negara.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Pemerataan Pendidikan merupakan tujuan pokok yang akan diwujudkan. Jika tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pelaksanaan pendidikan belum dapat dikatakan berhasil. Hal inilah yang menyebabkan masalah pemerataan pendidikan sebagai suatu masalah yang paling rumit untuk ditanggulangi.
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang dijalankan ini.


Selasa, 10 Desember 2013

Taksonomi Bloom



Taksonomi berasal dari bahasa Yunani "tassein" yang berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian-sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi (http://en.wikipedia.org/wiki/Bloom%27s_Taxonomy).


Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. B enjamin S. Bloom amat populer di kalangan pendidikan dengan taksonominya yang lazim disebut dengan taksonomi Bloom. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Taksonomi Bloom itu merupakan penggolongan (klasifikasi) tujuan pendidikan (ada yang menyebutnya sebagai perilaku intelektual/”intellectual behavior”) yang dalam garis besar terbagi menjadi tiga ranah atau kawasan (“domain”), yaitu ranah kognitif (berkaitan dengan kognisi atau penalaran/pemikiran–dalam bahasa pendidikan Indonesia disebut “cipta”), ranah afektif (berkaitan dengan afeksi atau “rasa”), dan ranah psikomotor (berkaitan dengan psikomotor atau gerak jasmani-jiwani, gerak-gerik jasmani yang terkait dengan jiwa; mirip dengan “karya”–walau sebenarnya tidak sama persis).
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.
Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukkan kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam keterampilan terbaiknya sehinggi dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi pikirannya. Untuk lebih mudah memahami taksonomi bloom, maka dapat dideskripsikan dalam dua pernyataan di bawah ini:
Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep itu.
Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih dahulu memahami isinya
Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.
Dahulu kita mengenal klasifikasi secara hirarkhis terhadap ranah kognitif Bloom menjadi enam tingkatan, mulai dari C1 sampai C6.
Klasifikasi hirarkhis itu masih digunakan lagi dalam revisi taksonomi Bloom tersebut sekalipun dengan nomen yang sedikit berbeda. Ada hal yang sama sekali baru dalam taksonomi Bloom yang baru ini. Sistem hirarkhis yang dulu digunakan dalam Bloom dari C1 sampai C6 merupakan salah satu dimensi dalam klasifikasi tersebut,yaitu dimensi proses kognitif.
Perubahan terjadi pada aras (level) 1 yang semula sebagai “knowledge” (tahu, “ketahuan”–) berubah menjadi “remembering” (mengingat).
Perubahan terjadi juga pada level 2, yaitu “comprehension” yang dipertegas menjadi “understanding” (paham, memahami). Level 3 diubah sebutan dari “application” menjadi “applying” (menerapkan). Level 4 juga diubah sebutan dari “analysis” menjadi “analysing” (menganalisis).
Hanya saja dalam dimensi proses kognitif, pada taksonomi yang baru mengalami revisi seperti yang akan diuraikan berikut ini.

Tingkatan Ranah Lama Baru/dimensi proses kognitif

C1 Knowlwdge Remember

C2 Understand Understand

C3 Apply Apply

C4 Analyze Analyze

C5 Aynthesis Evaluate

C6 Evaluate Create

Tabel di atas menunjukkan secara singkat perbedaan C1 sampai dengan C6 secara singkat.

Hal yang sama sekali baru adalah munculnya dimensi yang lain dalam taksonomi Bloom,yaitu dimensi pengetahuankognitif. Dimensi pengetahuan kognitif dibedakan pula secara hirarkhis menjadi empat kategori yaitu: pengetahuan faktual,pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural,serta pengetahuan metakognitif. Berdasarkan dua dimensi tersebut ranah kognitif dapat dibuatkan tabel yang memadukan dua dimensi tersebut. Dan inilah bagian yang paling sulit dalam mengklasifikasikan ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi ini.

Setiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori tersebut. Kata-kata kunci itu seperti terurai di bawah ini

Mengingat : mengurutkan, menjelaskan,mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali dsb.
Memahami : menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dsb.
Menerapkan : melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb
Menganalisis : menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb.
Mengevaluasi : menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.
Berkreasi : merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat,
memperindah, menggubah dsb.

Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa prinsip didalamnya adalah :

Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu
Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai
Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui

Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. “Evaluation” versi lama diubah posisisinya dari level 6 menjadi level 5, juga dengan perubahan sebutan dari “evaluation” menjadi “evaluating” (menilai). Level 5 lama, yaitu “synthesis” (pemaduan) hilang, tampaknya dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan mendasar, yaitu dengan nama “creating” (mencipta).

Jadi taksonomi Bloom versi baru terdiri atas (dari level 1 sampai 6): remembering (mengingat), understanding (memahami), applying
(menerapkan), analysing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Gambaran perubahannya tampak seperti dilukiskan “A Big Dog …” berikut.

Penjabaran masing-masing level itu sebagai berikut.

1.0. Remember (retrieving relevant knowledge from long-term memory)–mengingat (memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan tersimpan dalam ingatan jangka-panjang);
1.1. Recognizing (mengenali lagi)
1.2. Recalling (menyebutkan kembali)
2.0. Understand (determining the meaning of instructional messages, including oral, written, and graphic communication– paham, memahami (menegaskan pengertian atau makna bahan-bahan yang sudah diajarkan, mencakup komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar)
2.1. Interpreting (menafsiri, mengartikan, menerjemahkan)
2.2. Exemplifying (memberi contoh)
2.3. Classifying (menggolong-golongkan, mengelompokkan)
2.4. Summarizing (merangkum, meringkas)
2.5. Inferring (melakukan inferensi)
2.6. Comparing (membandingkan)
2.7. Explaining (memberikan penjelasan)
3.0. Apply (carrying out or using a procedure in a given situation)–menerapkan (melakukan sesuatu, atau menggunakan sesuatu prosedur dalam situasi tertentu)
3.1. Executing (melaksanakan)
3.2. Implementing (menerapkan)
4.0. Analyze (breaking material into its constituent parts and detecting how the parts relate to one another and to an overall structure or purpose)–analisis (menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang membentuknya, dan menetapkan bagaimana bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut satu sama lain saling terkait, dan bagaimana kaitan unsur-unsur tersebut kepada keseluruhan struktur atau tujuan sesuatu itu)
4.1. Differentiating (membeda-bedakan)
4.2. Organizing (menata atau menyusun)
4.3. Attributing (meneteapkan sifat atau ciri)
5.0. Evaluate (making judgments based on criteria and standards–evaluasi atau menilai (menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu)
5.1. Checking (mengecek)
5.2. Critiquing (mengkritisi)
6.0. Create (putting elements together to form a novel, coherent whole or make an original product)–mencipta (memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang orisinil)
6.1. Generating (memunculkan)
6.2. Planning (merencanakan, membuat rencana)
6.3. Producing (menghasilkan karya).

Minggu, 01 Desember 2013

Resume teori belajar humanisme

Resume Teori Belajar Humanistik

Konsep Dasar
Konsep belajar humanistik ini berangkat dari aliran psikologi humanistik. Teori belajar humanistik ini menitik beratkan kepada peserta didik sebagai subjek dalam pembelajaran. Peserta didik diberi kebebasan dalam proses belajar pada minat dan kebutuhannya masing-masing sehingga tanggung jawab menjadi salah satu soft skill yang harus dimiliki setiap peserta didik tersebut. Belajar akan dianggap berhasil apabila peserta didik memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori humanistik ini menekankan kognitif dan memengaruhi proses.

Karakteristik1.      Mementingkan kebutuhan pribadi peserta didikTeori ini berhubungan dengan peserta didik sebagai subjek yang menjadi peran utama dalam proses pembelajaran, sehingga kebutuhan pribadi peserta dididklah yang harus dipentingkan. Setiap peserta didik bersifat individualis, artinya dalam point ini adalah mementingkan kebutuhan pribadinya diatas kepentingan bersama (sosial). 
2.      Mementingkan peranan kognitif dan afektifPeranan kognitif dan afektif menjadi acuan yang penting untuk setiap peserta didik. Sifat individual yang diterapkan dalam pola pembelajarannya mengembangkan potensi kognitif dan afektifnya secara pribadi (masing-masing).
3.      Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self conceptKarena teori ini bersifat individual (mementingkan diri sendiri), maka aktualisasi diri sendiri harus diutamakan. Sehingga pengaktualisasian diri yang tercermin adalah mutlak dari dirinya sendiri. 
4.      Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri Peran guru hanya sebagai fasilitator, sehingga tingkah laku peserta didik yang terbentuk tidak terlalu berpengaruh dari adanya campur tangan pendidik. Pada intinya, setiap tingkah laku yang dibentuk dalam teori humanistik ini adalah hasil dari pengaktualisasian dalam dirinya.
5.      Mengutamakan pemahaman dan pengetahuan (insight) Humanistik tidak hanyamengutamakan pengetahuan, tetapi juga pemahaman dalam proses pembelajarannya. Karena dalam teori belajar ini peserta didik memahami pembelajaran secara pribadi, pendidik hanya membantu sebagai fasilitator. Sehingga pemahaman menjadi bagian penting dan utama.
Tokoh Teori Belajar Humanistik
  • Carl Ransom Rogers 
Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3) penghargaan positif (positive regard) dan (4) Penghargaan diri yang positif (positive self-regard).
Rogers berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Dua ciri belajar, yaitu:
  1. Belajar yang bermakna : Proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik.
  2. Belajar yang tidak bermakna : Proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
Peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam :
Ø Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar peserta didik bersikap positif terhadap belajar.
Ø Membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar.
Ø Membantu peserta didik untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar.
Ø Menyediakan berbagai sumber belajar kepada peserta didik.
Ø Menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari peserta didik sebagaimana adanya.
  • Arthur Combs 
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu (belajar bermakna). Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Combs berpendapat arti dari materi tidaklah menyatu dengan dengan materi pelajaran itu, namun pendidik harus membawa peserta didik kepada pemahaman arti materi pelajaran dan pribadinya serta hubungannya dengan kehidupan.
  • Abraham Maslow 
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Di kenal sebagai pelopor aliran humanistik. Maslow percaya bahwa manusia bergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang paling di kenal adalah teori tentang Hierarchy of Needs ( Hirarki kebutuhan ). Dia mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis, hirarki ( tingkatan ) mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Adapun hirarki-hirarki tersebut adalah :
Image
  1. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
  2. Kebutuhan penghargaan/untuk dihargai
  3. Kebutuhan akan dicintai dan disayangi/sosial
  4. Kebutuhan akan aman dan tenteram
  5. Kebutuhan fisiologis atau dasar
  • Bloom dan Krathwohl
3 kawasan yang dipelajari :
  1. Kognitif : Pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
  2. Psikomotor : Peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian, naturalisasi.
  3. Afektif : Pengenalan, merespon, penghargaan, pengorganisasian, pengalaman.
Belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya, baik itu lingkungan alam maupun lingkungan sosial.
3 tipe belajar :
  1. Belajar teknis (technical learning) : Belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.
  2. Belajar praktis (practical learning) : Belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik.
  3. Belajar emansipatoris penekanan upaya agar seseorang bisa mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau informasi budaya dalam lingkungan sosial.
  • Honey dan Mumford 
4 golongan orang belajar :
  1. Kelompok aktivis : mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
  2. Golongan reflector : mempunyai kecenderungan yang berlawanan dengan mereka yang termasuk kelompok aktivis.
  3. Kelompok teoritis : Mereka memiliki kecenderugan yang sangat krritis, suka menganalisis, selalu berfikir rasional dengan menggunakan penalarannya.Golongan pragmatis : mereka memiliki sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil, dan sebagainya 
  • Kolb
4 tahap belajar : 
  1. Tahap pengalaman kongkret : Seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. 
  2. Tahap pengalaman aktif dan reflektif : Seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
  3. Tahap konseptualisasi : Seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya.
  4. Tahap eksperimentasi aktif : Melakukan eksperimen
Prinsip Teori Humanistik
1.      Manusia memiliki kemampuan alami untuk belajar
2.      Belajar menjadi signifikan apabila apa yng dipelajari memiliki   relevansi dengan keperluan mereka
3.      Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4.      Tugas belajar dapat lebih diterima dan diasimilasikan apabila ancaman dari luar itu semakin kecil
5.      Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara
6.      Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya
7.      Belajar lancar jia siswa dilibatkan dalam proses belajar
8.      Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9.      Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10.  Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
 
 
Kelebihan dan kekurangan
  Kelebihan
    1. Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
    2. Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar,.
    3. Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
    4. Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti
    5. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
    6. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang dan bergairah
    7. Terjadinya perubahan pola pikir
    8. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku
    9. Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya
    kekurangan
      1. Bersifat individual.
      2. Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung.
      3. Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis
      4. Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
      5. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
      6. Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar
      7. Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang
      8. Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri
 

Kamis, 21 November 2013

Teori belajar kontruktivisme

Pengertian

Asal kata konstruktivisme adalah “to construct” yang artinya membangun atau menyusun. suatu teori belajar yang menekankan bahwa para siswa sebagai pebelajar tidak menerima begitu saja pengetahuan yang mereka dapatkan, tetapi mereka secara aktif membangun pengetahuan secara individual. Menurut Von Glasersfeld (dalam Anggriamurti, 2009) bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan lingkungannya.

Teori Belajar Konstruktivisme Piaget
Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Proses tersebut meliputi:
1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang. Sekumpulan konsep yang digunakan  ketika berinteraksi dengan lingkungan disebut dengan skemata.
   
2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.

3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada.

4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemata).
 
Vygotsky : Menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme social (bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik).

Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu 
Zone of Proximal Development (ZPD) 
scaffolding. 
D. Kelebihan dan Kekurangan
(+)
Berfikir : Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjadikannya gagasan dan membuat keputusan.

Faham : Oleh karana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.

Ingat : Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Melalui pendekatan ini pesrta didik membina sendiri kefahaman mereka. Dengan ini justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.

Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.

Seronok : Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sehat, maka mereka akan merasa kondusif dalam belajar untuk membina pengetahuan baru.
(-)
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung. 
 
PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISME 
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah: 
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid   
     sendiri untuk menalar
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
    ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7. Mencari dan menilai pendapat siswa
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya.
Karakteristik
Adapun karakteristik pembelajaran secara kontruktivisme:
Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.
Menggalakkan persoalan/ide yang dimulai oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan dalam merancang pengajaran.
Menyokong pembelajaran secara kooperatif mengambil sikap dan pembawaan murid.
Mengambil kajian bagaimana murid belajar pada sesuatu ide/gagasan.
Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi (kemandirian) murid.
Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
Menggalakkan proses inkuiri proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis seorang siswa melalui kajian dan eksperimen.